Senin, 29 Oktober 2012

Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas 3


BAB II
LANDASAN TEORI


Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos yunani, Asclepius adalah seorang dokter yang tampan dan pandai meski tidak disebutkan skolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Dia dapat mengobati penyakit bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Sementara Hegeia adalah asisten Asclepius yang juga merupakan istrinya, dia ahli dalam melakukan upaya-upaya kesehatan. Jika diperhatikan, terdapat perbedaan dalam metode penanganan masalah keshatan yang dilakukan oleh suami istri tersebut.
Perbedaan penanganan masalah kesehatan antara Asclepius dan Hegeia :

Tokoh
Cara penanganan masalah kesehatan masyarakat
Asclepius
Dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang
Hegeia
Penanganan masalah melalui :
1.      Hidup seimbang
2.      Menghindari makanan atau minuman beracun
3.      Memakan makanan yang bergizi (cukup)
4.      Istirahat yang cukup
5.      olahraga
           
Dari perbedaan pendekatan penanganan masalah kesehatan anatara Asclepius dan Hegeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran/pendekatan dalam penanganan masala-masalah keshatan pada masyarakat, yaitu sbagai berikut :
1.                  Kelompok/aliran 1
Aliran ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah orang jatuh sakit. Pendekatan inin disebut dengan pendekatan kuratif. Kelompok tersbut trdiri atas dokter, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobatan penyakit baik, fisik maupun psikologis.
2.                  Kelompok/aliran 2
Aliran ini cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini antara lain perawat komunitas.

Dari uraian di atas, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, maka dalam masyarakat yang luas dapat kita amati seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi tersebut, yaitu pelayanan kesehatan kuratif dan pelayan pencegahan.

Perbedaan pelayanan kesehatan kuratif dan pelayanan pencegahan :

Pelayanan kesehatan kuratif
Pelayanan pencegahan
Cara penanganan masalah kesehatan
1.      Sasarannya bersifat individual
2.      Kontak pada klien hanya satu kali



3.      Jarak petugas kesehatan dengan klien jauh

4.      Cara pendekatan :
a.       Bersifat reaktif, artinya bersifat hanya menunggu masalah kesehatan/penyakit datang. Di sini petugas kesehatan hanya menunggu klien datang.
1.      Sasarannya adalah masyarakat

2.      Masalah yang ditangani adalah masalah yang dirasakan oleh masyarakat, bukan masalah individual

3.      Hubungan petugas kesehatan dan masyarakat bersifat kemitraan

4.      Cara pendekatan :
a.       Bersifat proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari apa penyebab masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu datangnya klien, tetapi harus turun ke masyarakat untuk mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada pada masyarakat, dan selanjutnya melakukan tindakan.

b.      Cenderung melihat dan menangani masalah klien pada system biologis.









c.       Manusia sebagai klien hanya di lihat secara parsial. Padahal manusia terdiri atas aspek bio-psiko-sosio dan spiritual.
b.      Melihat klien sebagai makhluk yang utuh melalui pendekatan yang holistic, bahwa terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya salah satu aspek, baik aspek biologis maupun aspek yang lain. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang utuh pada semua aspek, baik biologis, psikologis, sosiologis maupun spiritual dan social.

A.    PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode sebelum ilmu pengetahuan dan periode ilmu pengetahuan.
1.      PERIODE SEBELUM ILMU PENGETAHUAN
Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada di dunia, di antaranya adalah budaya dari bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran umum yang menanpung tinja atau kotoran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun dengan tujuan agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang tidak menyenangkan belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan kesehatan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia oleh masyarakat pada masa itu juga karena air sungai yang biasa mereka minum sudah kotor dan tidak terasa enak, bukan karena minum air sungai dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain juga tercatat bahwa pada zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan kepada masyarakat untuk (Hanlon, 1974):
1.                  Mencatat pembangunan rumah
2.                  Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya
3.                  Melaporkan binatang peliharaan/ternak yang dapat menimbulkan bau
4.                  Pemerintah melakukan supervise ke tempat-tempat minuman, warung makanan, tempat prostitusi, dan lain-lain.
Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke-1 sampai ke-7 dengan alas an sebaai berikut :
1.                  Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah menjadi epidemi, bahkan ada yang menjadi endemis
2.                  Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul penyakit kolera yang telah tercatat sejak abad ke-7 bahkan penyakit kolera di India  telah menjadi endemis. Penyakit lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa melalui para emigran.
Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengatasi kasus epidemic dan endemis, di antaranya masyarakat mulai memperhatikan masalah :
1.                  Lingkungan terutama hygiene dan sanitasi lingkungan
2.                  Pembuangan kotoran manusia (latrin)
3.                  Mengusahakan air minum bersih
4.                  Pembuangan sampah
5.                  Pembuatan ventilasi yang memenuhu syarat
Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang dasyat di China dan India. Pada tahun 1340 telah tercatat 13 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dam Gaza dilaporkan bahwa 13 ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes. Berdasrkan catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah penyakit pes di seluruh dunia pada waktu itu mencapai lebih dari 60 juta orang, sehingga kejadian pada waktu itu disebut “The Black Death”. Serangan wabah penyakit menular ini berlangsung sampai abad ke-18. Di samping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga masih berlangsung. Pada tahun 1603 lebih dari 1 dari 6 orang meninggal karena penyakit menular, dan tahun  1665 sekitar 1 dari 5 orang meninggal. Pada tahun 1759 dilaporkan 70 ribu orang penduduk di kepulauan Cyprus meninggal karena peyakit menular. Penyakit lain yang menjadi wabah antara lain dipteri, tifus, disentri, dan lain-lain.

2.      PERIODE ILMU PENGETAHUAN
Pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19, bangkitnya ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini pendekatan dalam penanganan masalah kesehatan tidak hanya memandang pada aspek bilogis saja, tetapi sudah komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit.
Penemu dan hasil penemuan dalampenanggulangan penyakit :

Penemu
Hasil temuan
Louis Pasteur
Vaksin untuk mencegah penyakit cacar
Joseph Lister
Asam carbol untuk sterilisasi ruang operasi
William Marton
Ether sebagai anestesi pada waktu operasi

Upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilaksanakan di Inggris. Hal ini terkait dengan wabah pemyakit endemis kolera tahun 1832 yang terjadi masyarakat di perkotaan, terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi penanganan pada penyakit ini dan Edwin Chadwich seorang pakar social ditunjuk sebagai ketua komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah kolera ini. Hasil penyelidikan yang dilaporkan di antaranya yaitu masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk, susia penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran air limbah terbuka yang tidak teratur, makanan yang dijual di pasar tidak higienis, sebagian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja rata-rata 14 jam per hari sementara gaji yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil laporan Edwin Chadwich tersebut dilengkapi dengan analisis data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akhirnya, parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan tentang sanitasi lingkungan, sanitasi  tempat-tempat kerja, pabrik, dan lain-lain.
Berawal dari penelitiannya, Edwin Chadwich tertarik untuk lebih jauh mempelajari kesehatan masyarakat, sehingga saat itu ia menjadi pioneer dalam ilmu kesehatan masyarakat. Generasi setelah Chadwich adalah Winslow muridnya yang kemudian dikenal sebagai pembina kesehatan masyarakat modern. Winslow merumuskan definisi kesehatan masyarakat yang kemudian diterima oleh WHO. Sejak sat itu, lahirlah berbagai macam definisi sehat. John Snow, adalah seorang tokoh yang tidak asing dalam dunia kesehatn masyarakat dalam upaya susksenya mengatasi penyakit kolera yang melanda kota London. Hal yang perlu dicatat di sini adalah bahwa John Snow mempergunakan pendekatan epidemiologi dalam menganalisis wabah penyakit kolera, yaitu dengan menganalisis tempat, orang, dan waktu sehingga dianggap sebagai The Father of Epidemiology.
Pada akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20, pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional mulai dikembangkan. Tahun 1893, John Hopkins seorang pengusaha wiski dari Amerika memelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat Fakultas Kedokteran. Pada tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan negara-negara lain. Dalam perkembangannya, kurikulum sekolah kedokteran mulai memerhatikan masalah kesehatan masyarakat dan sudah didasarkan pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan social, kebiasaab perorangan, dan pelayanan kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintaah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

B.     PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Perkembangam kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada abad ke-16, yaitu di mulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah Belanda melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Gubernur Jenderal Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinnan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lam, akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini di mulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Bleeker Kepala Pelayanan Kesehatan Sipil dan Militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter ke-2 di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia juga ditandai dengan berdirinya. Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888, tahun 1938 pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratorium-laboratorium lain juga didirikan di kota-kota seperti Medan, Semarang, Makasar, Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya, bahkan lembaga gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi epidemis di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan vaksinasi massal. Tercatat sampai tahun 1941, 15 juta orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925, Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas Purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka kematian dan kesakitan di kedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarang tempat, dan penggunaan air minum dari sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara melakukan promosi dengan mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu  tonggak perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkan konsep Bandung pada tahun 1951 oleh dr.Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat, aspek prevetif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan system pelayan kesehatan, kedua aspek in I tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit atau di puskesmas. Selanjutnya, pada tahun pada tahun1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat oleh dr.Y. Sulianti dengan berdirinya Proyek Bekasi sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
1.      Sumatera Utara : Indrapura
2.      Lampung
3.      Jawa Barat : Bojong Loa
4.      Jawa Tengah : Sleman
5.      Yogyakarta : Godean
6.      Jawa Timur : Mojosari
7.      Bali : Kesiman
8.      Kalimantan Selatan : Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal system puskesmas sekarang ini. Pada bualan November 1967, dilakuka seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia, yaitu mengenai konsep puskesmas yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodiligo yang mengacu pada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulkan dan disepakati meneganai system puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C. akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu system pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudiandikembangkan oleh pemerintah DEPKES menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas disepakati sebagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan, puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diprkenalkanlah program untuk selalu menguatkan puskesmas. Di Negara berkembang seperti Indonesia, fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat dirasakna lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang kemudian dimasukkan kedalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan, yaitu:
1.      Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2.      Keluarga Berencana (KB)
3.      Gizi
4.      Kesehatan lingkungan
5.      Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta imunisasi
6.      Penyuluhan kesehatan masyarakat
7.      Pengobatan
8.      Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9.      Perawatan kesehatan masyarakat
10.  Kesehatan gigi dan mulut
11.  Usaha kesehatan jiwa
12.  Optometri
13.  Kesehatan geriatric
14.  Latihan dan olahraga
15.  Pengembangan obat-obat tradisional
16.  Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
17.  Laboratorium dasar
18.  Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk system informasi kesehatan
Pada tahun 1969, system puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan Puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedic. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A atau Tipe B, hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun, kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu puskesmas tidak arus dipimpin oleh seorang dokter, tetapi dapat juga dipimpin oleh seorang sarjana Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang positif, dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak disibukkan dengan urusan administrative/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan. Di propinsi jawa timur misalnya, sudah dijumpai Kepala Puskesmasdari lulusan sarjana Kesehatan Masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, Bondowoso, dan lain sebagainya. Pada tahun 1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi puskesmas, sehingga dibedakan adanya:
1.      Strata 1, puskesmas dengan pestasi sangat baik
2.      Strata 2, puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3.      Strata 3, puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakarya mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangna program paket terpadu kesehatan dan Keluarga Berencana (posyandu) yang mencakup Keshatan Ibu dan Anak, keluarga berencana, gizi penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk. Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa – dibandingkan dengan rumash sakit yang harus melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih terus dikembangkan dan diatur lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai, terutama di daerah terpencil. Di luar jawa dan sumatera, puskesmas harus menangani wilayah yang luas, (terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di jawa) dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu, bagi sebagian penduduk pukesmas terlalu jauh untuk dicapai.
C.    PUSKESMAS MENJADI UJUNG TOMBAK PELAYANAN
Saat ini pemerintah menjadikan puskesmas sebagai ujung tombak utama pelayanan kesehatan pada masyarakat sekaligus sebagai wadah isu strategis. Misalnya, isu strategis aksesibilitas layanan dan penyediaan sumber daya manusia serat sarana dan prasaran. Puskesmas juga mampu menjadi tempat pelayanan kesehatan pilihan utama masyarakat, karena dekat dengan tempat tinggal dan murah dari segi biaya pelayanan. Rata-rata biaya retribusi yang dikenakan berkisar Rp. 1.500,00 sampai Rp. 2.000,00. Bahkan berbagai daerah telah menerapkan program pengobatan gratis yang difokuskan untuk rawat jalan bagi setiap lapisan masyarakat, baik kaya maupun miskin. Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar masyarakat menyadari pentingnya berobat ke puskesmas. Dengan diberlakukannya pengobatan gratis di puskesmas, maka puskesmas tidak lagi dibebani pemasukan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebaliknya, daerah mengalokasikan sejumlah dana untuk mendukung operasionalisasi di puskesmas, seperti biaya obat-obatan.
Selain menjadikan puskesmas ujung tombak pelayanan, pemerintah daerah juga mulai mendekatkan layanan dokter spesialis kepada masyarakat. Umumny ada dua cara yang ditempuh daerah, yaitu menempatkan dokter spesialis di puskesmas atau menentukan puskesmas khusus. Kebijakan menempatkan dokter spesialis di puskesmas dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa dokter spesialis identic dengan pelayanan pelayanan kesehatan yang mahal atau hanya bisa diperoleh masarakat apabila berobat ke rumah sakit. Bagi daerah yang belum mampu menempatkan layanan dokter spesialis di setiap puskesmas, daerah mengatasinya dengan dokter spesialis keliling. Sampai saaat ni, dokter spesialis yang banyak ditempatkan di puskesmas adalah dokter spesialis kandungan, mata, kulit dan penyakit dalam. Sementara itu, kebijakan menjadikan puskesmas sebagai puskesmas spesifikasi biasanya didasari oleh kondisi geografis daerah. Puskesmas spesifikasi yang banyak didirikan, khususnya di jawa timur adalah puskesmas khusus mata, obstetric-ginekologi, puskesmas bencana dan puskesmas wisata.

1.      KONSEP PUSKESMAS
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

2.      DEFINISI PUSKESMAS
Para ahli mendefinisikan puskesmas sesuai dengan perkembangan dan tuntutan pelayanan kesehatan. Definisi puskesmas antara lain sebagai berikut:
1.                  Azrul Azwar (1980). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
2.                  Departemen Kesehatan RI (1981). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok.
3.                  Departemen Kesehatan RI (1987). Puskesmas merupakan pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat, serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
4.                  Departemen Kesehatan RI (1991). Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupaan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

3.      FUNGSI PUSKESMAS
Fungsi pokok puskesmas, antara lain:
1.                  Sebagi pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya
2.                  Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3.                  Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Sementara proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara:
1.                  Merangsang masyarakat, termasuk pihak swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2.                  Memberikan peunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3.                  Memberikan bantuan, baik yang bersifat bimbingan teknik materi, rujukan medis, maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat.
4.                  Memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
5.                  Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

4.      VISI PUSKESMAS
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan adalah sebagai berikut:
1.                  Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat.
2.                  Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
3.                  Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah republic Indonesia.

5.      MISI PUSKESMAS
Misi puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain sebagai berikut:
1.                  Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat
2.                  Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
3.                  Mengadakan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
4.                  Mengembangkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).

6.      STRATEGI PUSKESMAS
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan antara lain:
1.                  Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (comprehensive health care servicei).
2.                  Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh (holistic approach)

7.      SASARAN DAN MEKANISME PELAYANAN KEPERAWATAN  KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS
1.                  Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan
2.                  Kelurga dengan risiko tinggi
3.                  Keluarga dengan kasus tindak lanjut keperawatan
4.                  Pembinaan kelompok khusus (sesuai prioritas daerah)
5.                  Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah (sesuai dengan prioritas daerah)

8.      PELAYANAN PUSKESMAS
1.                  Pelayanan di Dalam Gedung
a.                   Penerimaan klien di loket pendataran
b.                  Proses seleksi kasus prioritas. Pelayanan  medis yang diberikan berupa:
·                     Asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan diketahui sasaran prioritas dan nonprioritas – sasaran prioritas perlu ditindaklanjuti berupa rujukan ke rumah sakit atau rjukan ke puskesmas dengan ruang rawat inap.
·                     Tindak lanjut pelayanan kesehatan dapat berupa asuhan keperawatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
c.                   Penyampaian informisa klien yang memerlukan tindak lanjut asuhan keperawatan keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2.                  Pelayanan di Luar Gedung
a.                   Mempelajari informasi mengenai data kesenjangan pelayanan keshatan dan menampung informasi yang berasal dari masyarakat.
b.                  Seleksi untuk mendapatkan sasaran prioritas, yaitu : individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c.                   Menyampaikan informasi sasaran prioritas
d.                  Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap sasaran prioritas

9.      KEGIATAN POKOK PUSKESMAS
Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru, terdapat 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun, pelaksanaanya sangat bergantung pada factor tenaga, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok puskesmas antara lain sebagai berikut :
1.                  Upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a.                   Pemeliharaan ibu hamil, melhirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
b.                  Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna mencegah gizi buruk.
c.                   Imunisasi.
d.                  Pemberian pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak dan cara menstimulasinya.
e.                   Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam-macam penyakit ringan, dan lain-lain.
2.                  Upaya Keluarga Berencana (KB)
a.                   Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA
b.                  Mengadakan Kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan bekerja sebagai penggerak calon peserta keluarga berencana.
c.                   Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara pemasangan IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom dan alat- alat kontrasepsi lainnya.
3.                  Upaya perbaikan gizi
a.                   Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi.
b.                  Mengembangkan program perbaikan gizi.
c.                   Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
4.                  Upaya kesehatan lingkungan
a.                   Penyehatan air bersih.
b.                  Penyehatan pembuangan kotoran.
c.                   Penyehatan lingkungan perumahan.
d.                  Penyehatan limbah.
e.                   Pengawasan sanitasi tempat umum.
f.                   Penyehatan makanan dan minuman.
g.                  Pelaksanaan peraturan perundangan.
5.                  Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a.                   Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.
b.                  Melaporkan kasus penyakit menular.
c.                   Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.
d.                  Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran penyakit menular.
e.                   Menyembuhkan penderita sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi.
f.                   Pemberian imunisasi.
g.                  Pemberantasan vector.
h.                  Pendidikan kesehatn kepada masyarakat.
6.                  Upaya pengobatan
a.                   Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui :
·                     Mendapatkan riwayat penyakit
·                     Mengadakan pemeriksaan fisik
·                     Mengadakan pemeriksaan laboratorium
·                     Membuat diagnosis
b.                  Melaksanakan tindakan pengobatan.
c.                   Melakukan upaya rujukan.
7.                  Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a.                   Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik ,rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat.
b.                  Ditingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri tetapi ditingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga koordinator  penyuluhan kesehatan.
8.                  Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9.                  Kesehatan olahraga
10.              Perawatan kesehatan masyarakat
11.              Usaha kesehatan kerja
12.              Usaha kesehatan gigi dan mulut
13.              Usaha kesehatan jiwa
14.              Kesehatan mata
15.              Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)
16.              Pencatatan dan pelaporan system inforamasi kesehatan
17.              Kesehatan usia lanjut
18.              Pembinaan pengobatan tradisional
Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas tersebut diatas, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imuniasasi Nasional (PIN). Dengan demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun pembekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah.
10.  PERAN PUSKESMAS
Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskersmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial yang baik dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan-kegiatan yang tersusun rapi, serta memiliki system evaluasi dan pemantauan yang akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut berperan serta aktif dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

11.  WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Factor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati setelah mendengar saran teknis dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi. Dikota besar, wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan dan puskesmas diibukota kecamatan menhajdi puskesmas rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan dari puskesmas kelurahan. Selain itu, puskesmas dikecamatan juga mempunyai fungsi koordinasi. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.

12.  FASILITAS PENUNJANG
Dalam rangka memperluas jangkaun pelayan kesehatan  yang diberikan, puskesamas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang sederhana, antara lain sebagai berikut :
1.                  Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu yang lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam ruang l;ingkup wilayah yang lebih kecil. Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa puskesmas pembantu didlam wilayah kerjanya. Namun, terdapat beberapa puskesmas yang tidak memiliki puskesmas pembantu, khususnya didaerah perkotaan.

2.                  Puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan kesehatan kelilingan yang dilengkapi dengan kendaran bermotor roda empat atau perhu motor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas. Puskesmas keliling yang berfungsi menunjang dan membantu kegiatan puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan puskesmas anatara lain:
a.                   Memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat didaerah terpencil atau didaerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan puskesmas.
b.                  Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB)
c.                   Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita, misalnya dalam rangka rujukan kasus darurat.
d.                  Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual.

3.                  Bidan desa
Disetiap desa yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, bidan desa ditempatkan untuk tinggal didesa tersebut untuk memberikan pelayanan kesehatan. Bidan desa bertanggung jawab labgsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok dasawarsa, serta pertolongan persalinan dirumah penduduk.
Dalam perkembanganya, batasan-batasan diatas makin kabur seiring dengan diberlakukanya undang-undang otonomi daerah yang elbih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi setiap daerah tingkat II memiliki kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai rencana strategis (Renstra) kesehatan daerah dan rencana pembangunan jangka daerah menengah (RPJMD) bidang kesehatan, sesuai dengan situasi dan kondisi tingkat II.

13.  PELAYANAN KESEHATAN MENYELURUH
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang meliputi pelayanan :
1.                  Pengobatan (kurativ)
2.                  Pencegahan (preventif)
3.                  Peningkatan kesehatan (promotif)
4.                  Pemulihan kesehatan( rehabilitatif)

14.  PELAYANAN KESEHATAN INTEGRATIF
Sebelum ada puskesmas, pelayanan kesehatan dikecamatan meliputi balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, usaha hygiene sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan lain-lain. Usaha tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas kesehatan Dati II. Dengan adanya system pelayanan kesehatan melaui pusat kesehatan masyarakat, yaitu puskesmas. Oleh karena itu, berbgai kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

15.  KEDUDUKAN PUSKESMAS
1.                  Kedudukan dalam bidang administrasi
Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II dan bertanggung jawab langsung, baik teknis maupun administrative kepada kepala dinas kesehatan Dati II.
2.                  Kedudukan dalam hierarki pelayanan kesehatan
Dalam urutan hierarki pelayanan kesehatan sesuai dengan system kesehatan nasional (SKN), maka puskesmas berkedudukan pada tingkat pasilitas kesehatan pertama. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas, sedangkan dalam hal pengembangan kesehatan, puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri kearah moderenisasi sitim pelayanan kesehatan disemua lini, baik promotif, prepentif maupun rehabilitative sesuai kebijakan rencana strategis daerah tingakat II dibidang kesehatan.

16.  STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
Susunan organisasi puskesmas :
1.                  Unsur pimpinan : kepala puskesmas
2.                  Unsur pembantu pimpinan : urusan tata usaha
3.                  Unsure pelaksana : unit I, Unit II, Unit III, Unit IV, Unit V, Unit VI, Unit VII

 











                        Tugas pokok masing-masing unsure tersebut antara lain sebagai berikut :
1.                  Kepala Puskesmas, mempunyai tugas memimpin dan mengawasi kegiatan puskesmas
2.                  Kepala Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan surat menyurat, serta pencatatan dan pelaporan
3.                  Unit I, melaksanakan kegiatan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, dan Perbaikan gizi
4.                  Unit II, melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
5.                  Unit III, melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, serta kesehatan tenaga kerja dan usia lanjut
6.                  Unit IV, melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah, dan olahraga
7.                  Unit V, melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan, dan penyuluhan kepada masyarakat
8.                  Unit VI, melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap
9.                  Unit VII, melaksanakan tugas kefarmasian

17.  TATA KERJA PUSKESMAS
            Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas wajib menetapakan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan puskesmas maupun dalam satuan organisasi di luar sesuai dengan tugasnya masing-masing. Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengoordinasi semua unsur dalam lingkungan puskesmas, dan memberikan bimbingan bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Setiap unsure dilingkungan puskesmas wajib mengikuti dan mamatuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

18.  JANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN
            Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan, dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja suatu puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mengakses pelayanan puskesmas. Agar jangkauan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan bidan desa. Selain itu, peningkatan peran serta masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina dasawisma juga dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.
v    DUKUNGAN RUJUKAN
Sistem rujukan upaya kesehatan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale balik atas timbulnya suatu masalah kesehatan masyaraka, baik secara vertical maupun horizontal. Sistem rujukan secara konsepsional menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1.      Rujukan medis yang meliputi :
a.       Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain
b.      Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
c.       Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten/ahli unutk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan
2.      Rujukan kesehatan, merupakan rujuakan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif, yang meliputi :
a.       Survey epidemologi dan pemberantasan penyakit atas Kejadian Luar Biasa
b.      Pemberian pangan di wilayah yang mengalami bencana kelaparan
c.       Penyelididkan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan, dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan missal
d.      Pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam
e.       Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
f.       Pemeriksaan specimen di laboratorium kesehatan, dan lain-lain
                        Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan, antara lain sebagai berikut :
1.      Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
2.      Khusus
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitative, serta dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna
                        Jenjang tingkat pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia :
Jenjang
Komponen/Unsur Pelayanan Kesehatan
Tingkat rumah tangga
Pelayanan kesehatan oleh individu/keluarganya sendiri
Tingkat masyarakat
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri oleh kelompok paguyuban PKK, Saka Bhakti Husada, anggota RW, RT, dan masyarakat
Fasilitas pelayanan kesehatan professional tingkat pertama
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktik Dokter Swasta, dan Poliklinik Swasta
Fasilitas pelayanan rujukan tingkat pertama
Rumah sakit kabupaten/kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, laboratorium, dan lain-lain
Fasilitas pelayanan rujukan yang lebih tinggi
Rumah sakit tipe B dan tipe A, lembaga spesialistik swasta, laboratorium kesehatan daerah, laboratorium klinik swasta, dan lain-lain

                        Sementara itu, alur rujukan medis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Internal antara petugas puskesmas
2.      Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas
3.      Antara masyarakat dengan puskesmas
4.      Antara puskesmas yang satu dengan puskesmas lain
5.      Antara puskesmas dengan rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas kesehatan lainnya
Langkah-langkah yang ditempuh puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu rujukannya antara lain sebagai berikut :
1.      Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat
2.      Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan tambahan untuk `10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi yang strategis
3.      Meningkatkan sarana komunikasi anatara unit pelayanan kesehatan
4.      Menyediakan puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda empat atau perahu motor yang dilengkapi alat komunikasi
5.      Menyediakan sarana pencatatan dn laporan bagi sistem rujukan, baik rujukan  medis maupun rujukan kesehatan
Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan

v  PUSKESMAS PERAWATAN
Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap merupakan puskesmas  yang diberi ruangan tambahan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara
Criteria puskesmas perawatan, antara lain sebagai berikut :
1.      Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit
2.      Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor
3.      Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai
4.      Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari
5.      Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah tiga puskesmas disekitarnya
6.      Pemerintah daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai

Puskesmas perawatan merupakan “pusat rujukan antara” bagi penderita gawat darurat. Kegiatan puskesmas perawatan meliputi, melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, misalnya kecelakaan lalu lintas,. Persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang mendadak dan gawat, merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostic dengan rata-rata 3-7 hari perawatan, melakukan pertolongan sementara untu pengiriman penderita ke rumah sakit, memberikan pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit, serta melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk Keluarga Berencana.
Ketenagaan puskesmas perawatan meliputi dokter yang telah mendapatkan latihan klinis di rumah sakit selama 6 bulan dalam bidang bedah, obstetric ginekologi, pediatric dan interna, seorang perawata yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatric dan penyakit dalam, tigaorang perawat/bidan yan diberi tugas bergilir, serta satu orang pekerja kesehatan.
Untuk melaksanakan kegiatannya, puskesmas perawatan harus memiliki luas bangunan, ruangan pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada puskesmas biasa, antara lain ruangan rawat tinggal yang memadai, ruangan  operasi dan pasca operasi, ruangan persalinan dan menyusui, kamar perawat jaga, serta kamar linen dan cuci. Sementara peralatan medis yang harus ada antara lain peralatan operasi terbatas, peralatan obstetric patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi, peralatan resusitasi, serta minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan. Selain itu, untuk memudahkab komunikasi, puskesmas perawatan harus dilengkapi dengan telepon atau radio komunikasi jarak sedang dan minimal 1 buah ambulan.

D.    BENTUK-BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
1.      POSYANDU
            Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Posyandu merupakan lembaga yang paling bagus dan paling dekat dengan masyarakat, sehingga ideal untuk diterapkan di Indonesia. Dengan lembaga yang sudah ada, posyandu dapat berkreasi dari sudut manapun. Sasaran dalam pelayanan posyandu, yait bayi yang berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 ssampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur.
            Tujuan pokok dari posyandu antara lain:
1.                  Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
2.                  Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3.                  Mempercepat penerimaan NKKBS
4.                  Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
5.                  Pendekatan dan pemerataan kesehata kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesahatan kepada penduduk berdasarkan letak georafis.
            Dasar pendirian posyandu: (1) posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya  dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK,sekaligus dengan pelayanan KB: (2) posyandu dari masyarakat,untuk masyarakat,dan oleh masyarakat,sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang Kesehatan Keluarga Berencana.
            Posyandu dibentuk dari pos-pos yang,seperti pos penimbangan balita,posimunisasi,pos Keluarga Berencana (KB) desa,dan pos kesehatan. Syarat pembentukan posyandu yaitu minimal terdapat 100 orang balita dalam satu RW,terdiri atas 120kepala keluarga,disesuaikan dengan kemampuan petugas 9BidanDesa), dan jarak antara kelompok rumah tidak terlalu jauh. Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,ditentukan oleh masyarakat sendiri,dapat merupakan local tersendiri, serta bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk,balai rakyat,pos RT/RW,atau pos lainnya. Sementara pelaksanaan kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas. Sedangkan pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader OKK, tokoh masyarakat formal dan informal, serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut.
            Kegiataan posyandu meliputi tujuh kegiatan utama yang disebut Sapta Krida Posyandu, yaitu;
1.                  Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2.                  Keluarga berencana (KB)
3.                  Imunisasi
4.                  Peninngkatan gizi
5.                  Penanggulangan diare
6.                  Sanitasi dasar
7.                  Penyediaan obat esensial
            Selain itu, pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.                  Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a.                   Penimbangan bulanan
b.                  Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang.
c.                   Imuniasi bayi 3-14 bulan
d.                  Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
e.                   Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2.                  Pemeliharaan kesehatan ibu hamil,ibu menyusui,dan pasangan usia subur
a.                   Pemeriksaan kesehatan umum
b.                  Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c.                   Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah
d.                  Imunisasi tetanus untuk ibu ham
e.                   Penyuluhan kesehatan dan KB
3.                  Pemberian alat kontrasepsi
4.                  Pemberian oralit pada ibu yang terkena penyakit diare
5.                  Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
6.                  Pertlongan pertama pada kecelakaan
Tugas kader dalam rangka penyelengaraan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:
1.                  Tugas sebelum pelaksanaan posyandu
Tugas ini disebut juga tugas pada hari H(-) posyandu yang meliputi:
a.                   Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, alat pengukur LILA,obat-obatan yang dibutuhkan (pil besi,vitamin A, oralit), serta bahan materi penyuluhan;
b.                  Mengundang dan megerakkan masyarakat,yaitu memberi tahu ibu-ibu untuk datang ke posyandu;
c.                   Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa hadir saat pelaksanaan posyandu;
d.                  Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu,baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan;
2.                  Tugas pada pelaksanaan posyandu
Tugas ini disebut juga tugas pada hari H posyandu dengan tugas pelayanan 5 meja, yang meliputi;


a.                   Meja 1
-                      Pendaftaran, mendaftar bayi/balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
-                      Pencatatan bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur , yaitu menuliskan nama balita pada KM dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, serta menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil.
b.                  Meja 2
Penimbangan balita , ibu hamil dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS
c.                   Meja 3
Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat), memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas kedalam KMS.
d.                  Meja 4
-                      Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, dan PUS yang belum mengikuti KB.
-                      Penyuluhan kesehatan, menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasakan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu bayi/balita dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
e.                   Meja 5
Pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan di antaranya dokter perawat,juru imunisasi, dan sebagainya. Pelayanan yang diberikan meliputi: pemberian imunisasi, pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan,dan pengobatan, serta pelayanan kontrasepsi seperti IUD, suntikan, dan lain-lain.



3.                  Tugas setelah pelaksanaan posyandu
            Tugas ini disebut juga pada H (+) posyandu, yang meliputi :
a.                   Memindahkan catatan-catatan dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader.
b.                  Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada bulan berikutnya.
c.                   Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang lokasi rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
d.                  kegiatan kunjungan rumah ( penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
Prinsip dasar posyandu adalah sebagai berikut :
1.                  Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masnyarakat).
2.                  Adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen Kesehatan RI dan BKKBN).
3.                  Kelembagaaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang atau pos timbang , pos imunisasi, pos kesehatan dan lain-lain.
4.                  Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun, ibu hamil, dan PUS).
5.                  Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) atau primary Health Care (PHP).  
Langkah – langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut :
1.                  Perumusan masalah: survei mawas diri dan penyajian hasil survey (lokakarya mini).
2.                  Perencanaan pemecahan masalah: kaderisasi sebagai pelaksanaan posyandu, pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu dan menyusun rencana kegiatan posyandu.
3.                  Pelaksanaan kegiatan: kegiatan diposyandu sekali sebulan atau lebih, pengumpulan dana sehat  dan pencatatannya serta laporan kegiatan posyandu.
4.                  Evaluasi: evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan dan evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
5.                  Kesimpulan
a.                   Posyandu merupakan kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk pos timbangan, PMT (Ppemberian Makanan Tambahan), pos kesehatan dan sebagainya dengan motivasi baru yang merupakan bentuk operasional dari pendekatan strategis keterpaduan 5 program atau KB kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita, dan penurunan angka fertilitas dalam rangka mempercepat terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS).
b.                  Peranan lintas sektoral dan lintas program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu.
c.                   Peningkatan peran serta aktif masyarakat akan meningkatkan daya guna dan hasil guna posyandu.
d.                  Alih teknologi, swakelola masyarakat merupakan aspek dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
            Pada pelaksanaanya, posyandu melibatkan tugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan professional dan peran serta masyarakat secara aktif  dan positif sebagai penyelenggara pelayanan nonprofesional serta terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat.
            Dari segi petugas puskesmas:
1.                  Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD.
2.                  Perencanaan terpadu tingkat puskesmas ( microplanning) lokakarya mini
3.                  Pelaksanaan melaluisistem meja 5 dan alih teknologi
Dari segi masyarakat:
1.                  Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan
2.                  Perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa
3.                  Pelaksanaan melalui system 5 meja
Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan mulai tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, bahkan penilayan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik baik dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sector.
Posyandu pasca- otonomi daerah mrenjadi mati suri . hal ini disebabkan banyaknya daerah yang beranggapan bahwa posyandu bukanlah sektos strategis. Akibatnya, pemerintah daerah setempat tidak menjadikan posyandu sebagai program prioritas dibidang kesehatan sekalikus mengalokasikan anggaran yang cukup. Merebaknya kasus balita bergizi buruk pada tahun 2005 berujung pada revitalisasi posyandu. Di jawa timur mulai tahun 2006 posyandu ditetapkan sebagai program utama, bahkan telah menganggarkan alokasi dana APBD yang cukup besar. Dana tersebut difokuskan pada pemberian uang insentif bagi kader posyandu, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, dan melengkapi sarana prasarana diposyandu seperti alat timbangan dan lainya.
Daerah juga mulai kreatif dalam mengombinasikan program posyandu tidak semata-mata kegiatan pembinaan balita dan PMT, tetapi posyandu mulai dibangun dengan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau simpan pinjam untuk kegiatan ekonomi produktif . kemudian kegiatan tersebut lebih dikenal dengan nama posyandu terpadu.
2.      PRIMARY HEALTH CARE
Primary health care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye missal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960, tegnologi kuratif dan preventif mengalami kemajuan. Oleh karena itu timbul pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977, pada siding kesehatan dunia dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan “health for all by the year 2000”, Yang sasaran utamanya dalam bidang social pada tahun 2000 adalah “tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif, baik secara social maupun ekonomi”.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupunkeluarga dalam masyarakat, melalui partisipasimereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasip sendiri ( self determination).
Tujuan Primary Health Care (PHC) dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1.                  Tujuan umum, yaitu mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan .
2.                  Tujuan khusus yaitu:
a.                   Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b.                  Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c.                   Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d.                  Pelayanan harus secara maksimal menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
                        PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.                  Pemeliharaan kesehatan
2.                  Pencegahan penyakit
3.                  Diagnosis dan pengobatan
4.                  Pelayanan tindak lanjut
5.                  Pemberian sertifikat
Tiga unsur utama PHC YAITU:
1.                  Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2.                  Melibatkan peran serta masyarakat
3.                  Melibatkan kerja sama lintas sektoral

Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, antara lain sebagai berikut.
1.                  Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendalian.
2.                  Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3.                  Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4.                  Kesehatan ibu dan anak termasuk Keluarga Bencana
5.                  Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6.                  Pencegahan dan penggendalian penyakit edemik setempat
7.                  Pengobatan penyakit utama dan ruda paksa
8.                  Penyediaan obat-obat esensial
Ciri-ciri PHC antara lain:
1.                  Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2.                  Pelayanan yang menyeluruh
3.                  Pelayanan yang terorganisasi
4.                  Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5.                  Pelayanan yang berkesinambungan
6.                  Pelayanan yang progesif
7.                  Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8.                  Pelayanan tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
Tanggung jawab perawat dalam PHC lebih dititikberatkan kepada hal –hal sebagai berkut:
1.                  Mendorong partisipasi aktif masnyarakat
2.                  Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu
3.                  Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4.                  Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
5.                  Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.   

sumber : Buku Wahid Iqbal Mubaraq Jilid 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar