Senin, 19 November 2012

Askep Pneumonia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang diarahkan kepada peningkatan kemampuan untuk hidup sehat dan dapat menolong diri sendiri. Pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya yang secara terus menerus dapat ditingkatkan dari aspek jasmani, spiritual dan berkepribadian. Begitu juga halnya dengan program pemberantasan penyakit. Salah satu pokok kegiatan adalah meningkatkan kemampuan masih untuk menolong dirinya sendiri baik dalam mencegah menemukan dan menghilangkan kesakitan, kematian maupun sebab akibat buruk dari suatu infeksi penyakit pneumonia termasuk infeksi pada saluran pernafasan (SKRT, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkimparu, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup bronkiolusrespiratorus dan alvioni serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang pernapasan dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini merupakan penyakit mematikan nomor 3 di Indonesia. Sehingga jika penyakit ini lambat ditindak maka pembangunan kesehatan di Indonesia akan susah dilanjutkan.
Oleh karena itulah kami selaku penulis membahas tentang asuhan keperawatan pneumonia dengan harapan mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat mengatasi dan mencegah keakutan penyakit pneumonia ini.

1.2.  Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien pneumonia.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui konsep dasar pneumonia.
b.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada klien pneumonia yang meliputi : pengkajian, diagnosa dan intervensi.
c.       Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien pneumonia yang meliputi : pengkajian dan evaluasi.

1.3.  Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang pneumonia, disini diharapkan agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pneumonia. Di samping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah “Sistem Respirasi”.



















BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Dasar Teori
2.1.1.   Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkimparu, distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup bronkiolusrespiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat pada pemeriksaan histologist terdapat pneumonitis atau reaksi inflamantasi berupa alveolitis dan pengumpalan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka yang bervariasi (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya infeksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997).
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal.(http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.html).
Pneumonia atipik adalah pneumonia yang memberikan gambaran klinis dan radiologis yang berbeda dengan bentuk pneumonia tipikal. gambaran klinis dan radiologis yang khas dari pneumonia tipikal adalah berupa munculnya demam tiba-tiba disertai menggigil, nyeri pleura dan batuk berdahak berwarna seperti karat (rust colored sputum) dan disertai gambaran radiologis berupa konsolidasi segmental ataupun lobular. Penyebab paling sering pneumonia atipik ini adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophilla dan Virus Influenza tipe A dan B. Ternyata saat ini diyakini bahwa kuman penyebab pneumonia atipik ini mampu menimbulkan penyakit yang berat dan dapat mengenai segala usia, hal ini merubah image selama ini yang menyatakan bahwa kuman ini hanya menimbulkan gejala penyakit yang ringan. Infeksi oleh kuman atipik ini juga diyakini dapat mempermudah terjadinya koinfeksi dengan kuman tipikal (biasanya dengan Streptococcus pneumoniae) dan adanya infeksi campur ini menyebabkan tingginya angka kematian. Pengobatan terhadap pneumonia atipik ini adalah dengan pemberian Makrolid, Fluoroquinolone atau Tetrasiklin. (http://www.researchgate. net/publication/42321159_Pneumonia_Atipik)
2.1.2.   Etiologi
Pada umumnya infeksi pneumonia disebabkan oleh :
1.      Bakteri
Agen penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme gram (+) atau gram (-) seperti : streptococcus pneumonia (pneumokokus), streptococcus piogenas, staphylococcus aureus, uepsina pneumonia legionella, hemopylus influenza.
2.      Virus
Influenzae virus, para influenzae virus, respiratory, syakyatial adenovirus, chiken-dox (cacar air), rhonvirus, stomegalovirus, virus hervessimpleks, virus sinial pernafasan, hankavirus.
3.      Fungi
Aspergilus, fikomisafer, biastomiases, dermatitidis, histoplasma, kapsulatum (http://medicastore.com/mad/subkatagori-pjk.php, 2007).
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga disebabkan oleh bahan-bahan lain atau non infeksi :
1.      Pneumonia lipid : disebabkan karena aspirasi minyak mineral.
2.      Pneumonia kimiawi: inhalasi bahan-bahan organik dan bahan-bahan anorganik atau kimia seperti beryllium.
3.      Ekstrinsik allergikalveoris : inhalasi bahan debu yang mengandung allergen seperti sporaaktinomisitastermofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula.
4.      Pneumonia karena obat : nikofurantoinbakufanmatonasat.
5.      Pneumonia karena radiasi.
6.      Pneumonia dengan penyebab tak jelas
(Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
2.1.3.   Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru, penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain misalnya di kulit, jika melalui pernapasan/saluran pernapasan, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawani oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya dengan batuk-batuk atau pertahanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar, tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut (keperawatan medikal bedah Barbara C. Long).
Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, serta reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumotoraks terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsialbronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpiraudari sisi kanan ke sisi jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires; pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme yang kecil di kelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel, organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah kesat dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak individu ke individu, pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasiinfiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar, pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus, secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri bronkopneumonia, sakit telinga dan meningitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
2.1.4.  
VIRUS
(Virus influenza, Respiratory Syticial Virus, dll)
 
JAMUR
(Mycoplasma, asferqilus,        Candida, dll)
 
BAKTERI
(Stapilokokus, Streptokokus Aureus, Pnemokokus, Diplokokus, dll)
 
Web of Causion (WOC)

 





















2.1.5.   Manifestasi Klinis
Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5o-40,5o) (101oF-105oF). dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25-45x/menit) disertai pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung dan penurunan otot-otot aksesori pernapasan.
Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok) dan awitan gejala pneumonia bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tinggi rendah, nyeri pleuritis, miamia, ruam dan faringitis, setelah beberapa hari, sputum mukola atau mukopurulen dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan (bounding) nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius.
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan. Saluran napas atau akut selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40oC, sesaknafas, nyeri dada dan batuk dengan dahakkental terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala.

Tanda dan gejala berupa :
1.      Batuk non produktif.
2.      Ingus (nasal discharge)
3.      Suara napas lemah
4.      Retraksiintercosta
5.      Penggunaan otot bantu napas
6.      Demam
7.      Ronchii
8.      Cyanosis
9.      Thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar
10.  Batuk
11.  Sakit kepala
12.  Kekakuan dan nyeri otot
13.  Sesaknafas
14.  Menggigil
15.  Berkeringat
16.  Lelah .
(Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).
Gejala lain yang mungkin ditemukan :
1.      Kulit yang lembab.
2.      Mual dan muntah
3.      Kekakuan sendi
4.      Tanda pneumonia berupa retraksi (revarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), frekuensi pekak, pneumikus, melemah suara napas melemah dan ronki.
Tanda pada neonatus dan bayi kecil, tanda pneumonia tidak selalu jelas, efusiplura pada bayi akan menimbulkan pekakperkusi. (Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006).

2.1.6.   Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan darah menunjukkan leokasistosis dan predominanPMH atau dapat ditemukan leukoponia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan/sedang.
2.      Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
-          Bercak konsolidasi merata pada bronco pneumonia.
-          Gambaran bronco pneumonia difusi atau infiltrate, interstisialis pada pneumonia statipilokok.
-          Bercak konsolidasi satulobus pada pneumonia lobaris.
-          Pemeriksaan cairan pleura.
-          Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap tenggorok, sekresinasofaring balasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea.
-           
2.1.7.   Penatalaksanaan
Terapi pneumonia dilandaskan pada diagnosis berupa AB untuk mengeradikasi mikroorganisme yang diduga sebagai kausalnya.
Dalam pemakaiannya AB haus dipakai pola berpikir “panca tepat” yaitu diagnosis tepat, pilihan AB yang tepat dan dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang tepat dan pengertian patogenesis secara tepat. AB yang bermanfaat untuk mengobati kuman intraseluler disamping ekstraseluler seperti halnya obat golongan makronik.
Dapat dijumpai beberapa pendekatan terapi :
1.      Anjuran Amerikan Thoracic Society
ATS membagi PK untuk terapi empiris atas 4 kelompok berdasarkan usia, adanya penyakit dasar yang tempat rawat pasien. Untuk PK< 60 tahun, tanpa penyakit dasar dianjurkan sefalosporin generasi 2, bertalaktam, anti betalaktamase atau makroid.
2.      Berdasarkan diagnosis empirik kuman penyebab
Dalam memilih AB PK perlu diingkat
3.      Sebanyak 69-100% kuman penyebab PK berapa hemophilusSPP, staphylococcus sp menghasilkan B laktamase.
4.      Konsentrasi makrolide di jaringan dan paru lebih tinggi dari plasma tinggi kadarnya dapat mencapai kuel yang cukup untuk mikroplasma, hemophilus dan staphylococcus, Hb yang dipilih harus mencakup kedua tipe kuman karena itu pada PK yang berobat jalan dapat digunakan makrolit
(Zulh Dahlan, Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
2.1.8.   Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis, purulenta, perikarditis, dan epiklotis, kejang ditemukan pada infeksi H. influenza tipe B (KapitaSelekta Kedokteran, Jilid II Edisi III).



2.2.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1.   Pengkajian Lengkap
1.      Identitas Klien
Biodata meliputi dari nama, umur, suku bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.
2.      Biodata Kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam beserta batuk dan flu, sakit kepala, klien tanpak gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak nafsu makan.
b.      Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan sebelumnya juga pernah dirawat.
c.       Riwayat Kesehatan
Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita penyakit yang sama ataupun mempunyai penyakit keturunan/penyakit menular lainnya.
3.      Data Dasar Pengkajian Pasien
Aktivitas dan Istirahat
Gejala   : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda   : Letargi
               Penurunan toleransi terhadap aktivitas
Sirkulasi
Gejala   : Riwayat adanya / GJKkronis
Tanda   : Takikardia
               Penampilan kemerahan atau pucat
Integritas Ego
Gejala   : Banyaknya stressor, masalah finansial
Tanda   :
Makanan dan cairan
Gejala   : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah
               Riwayat Diabetes Mellitus
Tanda   : Distensi abdomen
               Hiperaktif bunyi usus
               Kulit kering dengan turgor buruk
               Penampilan kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
Gejala   : Sakit kepala daerah frontus (influenza)
Tanda   : Perubahan meneal (bingung, somnolen)
Nyeri / Kenyamanan
Gejala   : Sakit kepala
               Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk : nyeri dada
               Substernal (influenza) malgiaarialgia
Tanda   : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidak pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
Pernapasan
Gejala   : Riwayat adanya / ISKkronik, PPOM, merokok sigarettakipneadispnea, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda   : Sputum       :  Merah muda, berkarat atau purulen
               Perkusi       :  Pekakdiatas area yang konsolidasi
               Fremitus     : Taktis dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan fraksi pleural.
               Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat, atau nafas bronchial.
               Warna pucat atau sianosis bibir/kaku.
Keamanan
Gejala   : Riwayat gangguan sistem imun, misal : SLE AIDS penggunaan steroid atau kemoterapiinstitusionalisasi, ketidakmampuan umum.
               Demam (misal 38,5-39,6oC)
Tanda   : Berkeringat
               Menggigil berulang, gemetaran
               Kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :Riwayat mengalami pembedahan : penggunaan alkohol kronis
Pertimbangan : DRG : menunjukkan rerata lama di rawat 6,8 hari
Rencana pemulangan : bantuan dan perawatan diri, tugas pemelihraan rumah oksigen mungkin diperlukan bila adokasi pencetus.
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, brokial) dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empisema (stapilococcus). Infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial) atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus) pada pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin basah.
GDR / nadi oksimetri tidak normal mungkin terjadi tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada pemeriksaan gram/katur sputum dan darah. Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifibroptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari  tipe organisme ada : bakteri yang umumnya meliputi Diplococcuspneumoniae, Stapilococcus aureus, A. hemolitiksteptrococcus, haemophilus influenza, (MU catatan kultus sputum dapatlah mengidentifikasi semua organisme yang ada, kultur darah dapat menunjukkan bakteremia sementara.
JDL/ lekositosis biasanya ada meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial (misalnya pemeriksaan serologi misal intervirus atau legionella, alkutiumdingin : membantu dalam membedakan diagnosis)

2.2.2.   Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1.      Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan pengaturan peningkatan produksi sputum
2.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu.
3.      Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi)
5.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)




2.2.3.   Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Diharapkan selama pengobatan jalan nafas kembali efektif
§ Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas

§ Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispneasianosis
Mandiri :
§ Kaji frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada


§ Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi



§ Penghisapan sesuai indikasi



§ Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin

Kolaborasi :
§ Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin


§ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
§ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
§ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
§ Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret



§ Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum

2
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu
Selama perawatan 1 x 3 jam gangguan rasa nyeri dapat teratasi

§ Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
§ Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat

Mandiri
§ Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea. Peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
§ Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
§ Pantau tanda vital



§ Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi, musik, tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
§ Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
Kolaborasi
§ Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi


§ Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi



§ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokartidis.
§ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
§ Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lambat dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
§ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
§ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal kenyamanan/istirahat umum.
3
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan toksin bakteri

§ Menunjukkan peningkatan nafsu makan
§ Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Mandiri
§ Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah, misal sputum banyak, pengobatan aeorosol, dispnea berat, nyeri.
§ Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
§ Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
§ Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.



§ Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggangkrekers) dan/atau makanan yang menarik untuk pasien.


§ Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.


§ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.



§ Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
§ Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. Distensi abdomen, terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
§ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.



BAB  III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian lengkap
1.      Pengkajian
1)      Biodata /  data biografi :
Nama                             : Tn. A
Umur                             : 35 tahun
Tanggal masuk              : 6 Juni 2010
2)      Keluhan Utama / Alasan masuk RS :
Tn. A (35 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 6 Juni 2010 jam 09.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
3)      Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
§  Faktor pencetus           : Klien mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilk seminggu sebelum masuk RS.
§  Munculnya keluhan (eksaserbasi) : klien mengatakan sesak napas sejak 5 hari sebelum masuk RS.
§  Sifat keluhan : Klien mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
§  Berat ringannya keluhan : Klien mengatakan sesak napas cendrung bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
§  Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Klien mengatakan upaya untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk (komix).
§  Keluhan lain saat pengkajian : Klien juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokan. Klien mengatakan kesulitan bernapas. Klien mengataka badannya terasa lemah dan ujung-ujung jarinya terasa dingin.
4)      Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
§  Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap kuman, debu, dll.
§  Klien mengatakan sebelumnya tidak perna menderita sesak napas seperti ini.
§  Riwayat merokok lebih kurang 1 bungkus perhari.
5)      Riwayat kesehatan keluarga (RKK)
§  Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yan menderita penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya, seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, Tb, dll.
Pola nutrisi dan metabolisme
§  Klien mengatakan ia merasa mual sehingga tidak nafsu untuk makan, da hanya mampu menghabiskan  porsi setiap  kali makan (pagi, siang, malam).
6)      Pemeriksaan fisik
§  Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
§  TTV :
Ø  TD : 130/90 mmHg
Ø  ND : 100 x/i
Ø  RR : 25 x/m
Ø  S     : 38 °C.
§  BB : 58 kg (turun 2 kg dari 60 kg menjadi 58 kg)
TB : 167 cm
§  Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis)
§  Kuku : kuku pucat dan sedikit sianosis
§  Hidung : pernapasan cuping hidung
§  Mulut : mukosa bibir kering dan pucat
§  Thorak / paru
Ø            Inspeksi           : RR : 32 x/i, penggunaan otot bantu pernapasan             (+), takipnea (+), pernapasan dangkal, dan retraksi dinding dada tidak ada
Ø  Palpasi             : Fremitus menurun pada kedua paru
Ø  Perkusi            : Redup
Ø  Auskultasi       : Bunyi napas bronkial, krekels (+), stridor (+)
§  Vaskular perifer  : akral dingin, capilarry refille kembali dalam 5 detik.
7)      Pemeriksaan penunjang
§  Hasil foto rontgeng : menunjukkan infiltrasi lobaris (sebagian lobus pada kedua paru)
§  AGD : menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik, PCO2 turun, HCO3 normal)
§  Pemerikasaan sputum : ditemukan kuman stapilococcus pneumonia
§  Pemerikasaan darah rutin didapatkan :
Ø  Leukosit = 16.000 / mm
Ø  Hb = 10,5 gr/ dl
Ø  Trombosit = 265.000/mm
Ø  Hematokrit = 44%
Ø  Albumin = 3,01 gr/dl
Ø  Protein total = 5,86 gr/dl.









3.2 Analisa Data
Format Analisa Data
Nama Klien          :
Ruang Rawat        :
Diagnosa Medis    :

No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS :
-   Klien mengatakan susah bernapas
-   Klien mengatakan hidungnya terganggu dalam bernapas

DO :
-   Klien tampak susah saat bernapas
-   Klien bernapassesekali lewat mulut
-   RR : 35x / menit
-   Skala nyeri : 4

Inflamasi (peradangan) parenkimparu

Tidak efektifitasnya jalan nafas.
2
DS :
-    Klien mengatakan nyeri pada dada karena batuk.
-    Klien mengatakan dadanya sering sakit saat mengambil nafas.

DO :
-    Klien tampak meringis
-    Klien tampak gelisah
-    TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 100 x / menit
RR : 25 x / menit
S : 38oC
-    BB : 58 kg
-    TB : 167 cm

Proses inflamasitrakeabronkial
Gangguan rasa nyaman : nyeri
3
DS :
-    Klien mengatakan kehilangan nafsu makan
-    Klien mengatakan mengalami mual dan muntah

DO :
-    Klien tampak cemas dan gelisah
-    Klien tampak pucat
-    TTV :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 120 x/ menit
-  BB: 58 Kg ( turun 2Kg dari 60 Kg menjadi 58Kg).
-  TB:167
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan nutrisi

3.3              Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1.      Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan pengaturan peningkatan produksi sputum
2.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu.
3.      Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen (hipoventilasi)
5.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan)



3.4              NCP (Nursing Care Planning)
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien            :
Ruang Rawat         :
Diagnosa Medik    :

No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Diharapkan selama pengobatan jalan nafas kembali efektif
§ Mengidentifikasi atau menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas

§ Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispneasianosis
Mandiri :
§ Kaji frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada


§ Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi




§ Penghisapan sesuai indikasi



§ Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin


Kolaborasi :
§ Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin


§ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerak dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru
§ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/ jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat
§ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
§ Cairan (khususnya air hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret




§ Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia interstisial atau menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum

2
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu
Selama perawatan 1 x 3 jam gangguan rasa nyeri dapat teratasi

§ Menyatakan nyeri hilang / terkontrol
§ Menunjukkan rileks, istirahat atau tidur dan peningkatan aktivitas dengan tepat

Mandiri
§ Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea. Peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
§ Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
§ Pantau tanda vital



§ Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi, musik, tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
§ Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
Kolaborasi
§ Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi


§ Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi


§ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokartidis.
§ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
§ Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lambat dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
§ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.

§ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif/paroksimal kenyamanan/istirahat umum.
3
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan toksin bakteri

§ Menunjukkan peningkatan nafsu makan
§ Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Mandiri
§ Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah, misal sputum banyak, pengobatan aeorosol, dispnea berat, nyeri.
§ Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/ bantu kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
§ Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
§ Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen.





§ Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.


§ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.



§ Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
§ Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang. Distensi abdomen, terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.


                                

3.5  Evaluasi
Format
Catatan Perkembangan
(Diisi Setiap Hari)
Nama Klien          :
Ruang Rawat        :
Diagnosa Medik   :

Hari/Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Jum’at
06 Juni 2010
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Jam : 08.00, 20-23 Juni 2010
-    Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan pola
-    Membantu pasien melakukan latihan nafas
-    Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari/kecuali kontra indikasi/tawarkan air hangat dari pada air dingin.
-    Memberikan obat sesuai indikasi misal : ekspektoran.
-    Berikan cairan tambahan misal IV oksigen humidifikasi

S  : Klien mengatakan nafasnya tidak terlalu sesak lagi
O : RR : 44x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P  : Intervensi dilanjutkan

Jum’at
06 Juni 2010
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasiparenkimparu
Jam : 13.00, 20-23 Juni 2010
-    Mengkaji tingkat nyeri, durasi, lokasi, instensitas nyeri.
-    Pantau terus tanda vital secara rutin.
-    Memberikan tindakan nyaman : misalnya pijatan punggung perubahan posisi dan relaksasi.
-    Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
-    Memberikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

S  : Pasien mengatakan nyeri berkurang.
O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P  : Lanjutkan intervensi.
06 Juni 2010
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan toksin bakteri
Jam : 08.00, 20-23  Juni 2010
-    Mengkaji faktor yang menimbulkan mual dan muntah.
-    Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
-    Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering/roti panggang/ dan atau makanan yang menarik untuk pasien.
-    Mengevaluasi status nutrisi, umur, ukur berat badan dasar.
-    Memberikan obat penambah nafsu makan.

S  : Klien mengatakan sudah mau makan walaupun sedikit-sedikit.
O : Porsi yang dimakan bertambah dari 3-5 sendok jadi ½ piring dan mulai mau makan makanan lain.
A : Masalah teratasi sebagian.
P  : Intervensi dilanjutkan.




BAB IV
PENUTUP

4.1.  Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkimparu distal dari bronkiolusterminalis yang mencakup bronkulusterminalis dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang pada umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dengan gejala dan tanda batuk non produktif, ingus, suara nafas lemah, demam ronchi, dll.
Pada penyakit ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah radiologi, pemeriksaan cairan pleura dan pemeriksaan biologi. Penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian nomor tiga di Indonesia sehingga pada penanganan perawatannya harus dilakukan asuhan keperawatan dan keperawatan harus baik dan benar sehingga dapat menekan jumlah kematian pada penyakit pneumonia dan pembangun kesehatan dapat terwujud.

4.2.  Saran
Di dalam penulisan makalah ini apabila ada kesalahan maka kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini yang akan datang yang sifatnya membangun.


DAFTAR PUSTAKA


Brunner and Suddarth (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Doenges, ME (2005). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

MansjoerArif (2004). KapitaSelekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Noer, Syaifullah, dkk (1996). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

TIM FKUI (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar